Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

yuk belajar bahasa negara qta....yukkkk mariiii

Analisis Kesalahan Bunyi Bahasa

MAKALAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN S1 PGMI
2010

DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian kesalahan bunyi bahasa 2
B. Cara mempelajari bunyi-bunyi ujar 2
C. Pembentukan bunyi-bunyi ujar 3
D. Analisis kesalahan bunyi pada bahasa 4

BAB III : PENUTUP
Kesimpulan 10

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era moderen sekarang, kita sebagai orang Indonesia masih banyak yang belum mengetahui bahwa ucapan atau bunyi bahasa Indonesia yang baik adalah ucapan atau bunyi bahasa Indonesia yang tidak dipengaruhi oleh ucapan-ucapan daerah. Dan kita juga perlu mengingat, bahwa pada hakikatnya bahasa itu adalah lisan, dan dengan sendirinya ucapan atau bunyi bahasa itu memegang peranan yang penting. Walaupun susunan kalimatnya baik,tetapi apabila pengucapannya kurang baik, maka bahasa orang tersebut belum dikatakan baik. Dan tentu juga kita sebagai pendengar, kita merasa tidak enak mendengar pemakai bahasa indonesia mengucapkan kata “ dapat ” dibaca “dapet ”, “ malam ” dibaca “ malem ” dan sebagainya.
Dan untuk menganalisis kesalahan-kesalahan bunyi bahasa diatas, beserta cara pembetulannya dan juga menjelaskan macam-macam bunyi bahasa, kelompok kami akan mencoba menjelaskan pada makalah kami ini, guna penyempurnaan pengucapan bunyi bahasa indonesia supaya menjadi bahasa indonesia yang baik.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kelompok kami dapat tulis di dalam makalah yang berjudul “ Analisis Kesalahan Bunyi Bahasa ” adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan kesalahan bunyi bahasa?
2. Bagaimanakah cara mempelajari bunyi-bunyi ujar?
3. Bagaimanakah pembentukan bunyi-bunyi ujar?
4. Bagaimana analisis kesalahan bunyi pada bahasa ?
C. Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin kelompok kami tuju dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi kesalahan bunyi bahasa .
2. Untuk mengetahui cara mempelajari bunyi-bunyi ujar.
3. Untuk mengetahui pembentukan bunyi-bunyi ujar.
4. Untuk mengetahui analisis kesalahan bunyi pada bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesalahan Bunyi Bahasa
Seseorang yang ingin memperoleh hasil yang sebaik-baiknya, perlu mengetahui ilmu bunyi dan pemakaiannya. Tanpa menguasai ilmu bunyi ia akan kandas pada hasil yang tak sempurna dan tak memuaskan, karena bahasa pertama-tama bersifat bunyi. Begitu pula bagi orang yang ingin mempelajari bahasa kedua dengan cara teknik penyelidikan bahasa, pengetahuan ilmu bunyi (fonetik). Dan dengan singkat dapat dikatakan bahwa fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar .
1. Menurut Tarigan ( Tahun 1990 )
Kesalahan ucapan / bunyi adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.
2. Menurut H.V.George dan S. Piet Corder
Menurut H.V.George, Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk tuturan / bunyi yang tidak diinginkan khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah baku.

B. Cara Mempelajari Bunyi-bunyi ujar
Ada 3 macam cara untuk mempelajari bunyi-bunyi ujar yaitu :
1. Secara fisiologis atau artikuler
Yaitu bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat-alat ucap. Cara pertama ini yang memang mudah, praktis, dan dapat dibuktikan datanya, sehingga setiap orang dapat menerapkannya. Hampir semua gerakan alat-alat ucap itu dapat kita periksa dari paru-paru, sekat rongga dada, tenggorokan, lidah, dan bibir.
2. Secara akustis
Yaitu bagaimana arus bunyi yang telah keluar dari rongga mulut atau rongga hidung si pembicara merupakan gelombang-gelombang bunyi udara. Dimana cara yang kedua ini adalah yang paling eksak, sebab didasarkan pada pendapatan-pendapatan ilmu fisika dan matematika. Tetapi cara ini tidak praktis dan tiap ahli bahasa tidak mempunyai waktu untuk mempelajari fisika dan matematika.
3. Secara Impresif atau auditoris (menurut pendengaran)
Yaitu bagaimana bunyi itu diinderakan melalui alat pendengaran dan syaraf si pendengar. Cara yang ketiga ini hanya terbatas kepada pemberian kesan “enak” atau “tidak eaknya’nya bunyi itu di dengar saja, sehingga hanya merupakan teori belaka dan tidak pernah diadakan penyelidikan, karena memang hampir-hampir tidak mungkin untuk menyusun suatu sistem tentang itu.

C. Pembentukan Bunyi-Bunyi Ujar
Secara sederhana semua alat ucap manusia dapat dibandingkan dengan alat musik tiup seperti seruling : bunyi-bunyi dihasilkan dengan menghembuskan udara yang dihambat, dihalangi. Didalam peralatan manusia udara itu dihasilkan oleh paru-paru yang diatur oleh gerakan-gerakan teratur daripada sekat rongga dada. Apabila udara ini mengalir keatas, melalui larink dan farink, lalu kedepan dan keluar mulut atau hidung atau keduanya, arus udara itu dapat dihambat atau dirintangi berbagai temapat seluruh jalan itu, dan bentuk daripada ruang-ruang yang dilaluinya dapat diubah-ubah. Dengan permainan udara ini bila mengalir dari paru-paru sampai ke lubang hidung atau bibir-bibir, kita hasilkan hampir semua bunyi ujar manusia .


1. Alat-Alat Ucap
a. Bibir Bawah : Bibir bawah mungkin membentuk penghambatan sama sekali daripada jalan di mulut dengan ditekankan keras-keras atau pelan-pelan kepada bibir atas, sebagai pembentukan bunyi P di dalam kata “pipi”, bunyi B didalam kata “bibi” dan bunyi M dalam kata “mimpi”. Bunyi-bunyi yang dibentuk oleh bibir bawah disebut dengan labial.
b. Lidah :
1) Ujung lidah : menghasilkan bunyi D, N, R, L ,S dan T. Bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah disebut apical.
2) Bagian depan lidah : bagian depan ini biasanya membentuk hambatan, seperti pada pengucapan ny dalam kata-kata nyanyi dan juga huruf z pada kata zakat.
3) Bagian belakang : dapat membentuk penghambatan pada suatu bagian daripada langit-langit lunak dan menghasilkan buyi k, g, dan ng. Bunyi-bunyi yang dihasilkan bagian belakang lidah disebut dengan dorsal.
D. Analisis Kesalahan Bunyi Pada Bahasa
Secara garis besar ada 2 macam bunyi bahasa, yaitu : Bunyi hidup atau vokal dan Bunyi mati atau konsonan.
1. Bunyi Hidup atau Vokal adalah bunyi-bunyi bahasa yang pada saat diucapkan tidak mengalami hambatan dalam alat-alat bicara. Ada 2 macam bunyi hidup / vokal yaitu :
a. Bunyi hidup tinggal ( vokal tunggal ) : a, i, u, e, o.
b. Bunyi hidup rangkap ( vokal rangkap ) : ai, au, oi.
Adapun kaidah-kaidah yang perlu kita ketahui dalam mengucapkan bunyi-bunyi itu.
a. Bunyi “ a ”
Bunyi a tersebut sebenarnya mempunyai bermacam-macam ucapan tergantung pada letak bunyi bahasa tersebut dalam kata, dan bunyi-bunyi bahasa yang diikutinya. Adapun beberapa contoh seperti di bawah ini :
- A-bu - A-lat - Sa-bun - Ka-pur
- Ma-ti - Du – a - Sa – ham - Ba – ik
b. Bunyi “ e ”
Dalam bahasa indonesia ada 3 kemungkinan ucapan untuk lambang tersebut, yaitu :
1) E ( tengah ) misalnya kera, kena dan dera.
2) E ( depan ) misalnya tempe, sehat, dan tenda.
3) E ( belakang ) misalnya ember, pendek, dan remeh.
c. Bunyi “ o ”
Lambang tersebut mempunyai aturan ucapan sebagai berikut :
1) Diucapkan sempurna, apabila terdapat pada kata yang bersuku hidup. Misalnya : to-ko, ko-ta, ka-do.
2) Diucapkan tidak sempurna, apabila terdapat pada kata yang salah satu suku katanya mati. Misalnya : po-hon, som-bong, kan-tor.
d. Bunyi “ u ”
Lambang tersebut mempunyai aturan ucapan sebagai berikut :
1) Diucapkan sempurna, apabila sebagai suku hidup. Misalnya :
u-lar, ma-du, dan ka-mu.
2) Diucapkan tidak sempurna, apabila sebagai suku mati. Misalnya :
Tu-run, tun-juk, dan te-kun.
e. Bunyi “ i ”
Lambang tersebut mempunyai aturan ucapan sebagai berikut :
1) Diucapkan sempurna, apabila suku hidup. Misalnya : i-kan, i-man.
2) Diucapkan tidak sempurna, apabila suku akhir mati. Misalnya : am-bil, dan kam-bing.
f. Bunyi “ ai ”
Lambang bunyi tersebut mempunyai aturan ucapan sebagai berikut :
1) Diucapkan dari ucapan bunyi sandi antara a dan i dan berakhirpada i tak sempurna. Misalnya :
- sampai (sam-pei) bukan sampe
- rantai (ran-tei) bukan rante
2) Apabila diikuti akhiran –an, maka terasa seperti ada peluncur y. Misalnya : - pakaian dibaca pa-kei-(y)an
- belaian dibaca be-lei-(y)an
g. Bunyi “ au ”
Lambang bunyi tersebut mempunyai aturan ucapan sebagai berikut :
1) Diucapkan dari ucapan bunyi sandi antara a dan u yang berakhir pada u tak sempurna.
Misalnya : pulau ( pu-lou) bukan pulo.
danau (da-nou) bukan dano
2) Apabila diikuti akhiran –an atau –i, maka terasa seperti ada bunyi peluncur w.
Misalnya : kepulauan dibaca ke-pu-lou-(w)an
kekacauan dibaca ke-ka-cou-(w)an
2. Bunyi mati atau konsonan
Adalah bunyi-bunyi bahasa yang pada saat diucapkan mengalami hambatan dalam alat bicara. Untuk konsonan atau huruf mati hanya beberapa saja yang akan dibicarakan, yaitu : b, d, j, g, h, k, d atau dl, p atau f atau v, s atau sy dan q atau k atau kwe / kwa.
a. Bunyi-bunyi b, d, j, g pada awal kata diucapkan sempurna.
Misalnya : Bandung bukan mBandung
Depok bukan nDepok
Jepara bukan nJepara
b. Bunyi b sebagai penutup, diucapkan seperti p.
Misalnya : Sab-tu diucapkan Sap-tu
wa-jib diucapkan wa-jip
ta-bib diucapkan ta-bip
c. Bunyi d sebagai penutup, diucapkan seperti t.
Misalnya : wu-jud diucapkan wu-jut
a-bad diucapkan a-bat
A-had diucapkan A-hat
d. Bunyi g sebagai penutup, diucapkan seperti k.
Misalnya : gu-bug diucapkan gu-buk
gu-deg diucapkan gu-dek
e. Bunyi h diucapkan :
1) Sempurna atau jelas, apabila :
• Sebagai bunyi awal : hadir, hutan dan habis.
• Terletak diantara dua vokal : saham, sihir, dan leher.
2) Tak sempurna atau tak jelas, apabila :
 Sebagai bunyi penutup : susah, suruh dan jenuh,
• Terletak diantara dua vokal yang tidak sama : tahun, lihat, pahit (kecuali tahu sebagai nama makanan dan Tuhan).
f. Bunyi k diucapkan :
1) Sempurna, apabila:
• Sebagai bunyi awal kata : kota, kantor, kunjung.
• Sebagai bunyi awal suku kata : sa-kit dan ta-kut, sikat.
2) Tak sempurna, apabila:
 Sebagai bunyi penutup (diucapkan seperti hamzah) :
ro-kok diucapkan ro-ko’
du-duk diucapkan du-du’
Tetapi, apabila kata-kata tersebut kemudian mendapat akhiran –i atau –an, maka bunyi k tersebut menjadi sempurna.
Misalnya : dudu(’) - mendu-du-ki - kedu-du-kan
naik(’) - mena-i-ki - kena-i-kan
g. Bunyi d atau dl
Disamping kata hadir, fardu, rida dan ramadan, sering kita jumpai juga kata hadlir, fardlu, ridla dan ramadlan. Kata-kata tersebut berasal dari bahasa Arab. Dalam bahasa indonesia, tidak mempunyai fonem yang berupa konsonan rangkap dl, dengan demikian jelas bahwa bentuk yang baku adalah hadir, fardu, rida dan ramadan .
h. Bunyi p atau f atau v
Fonem f adalah kata-kata yang berasal dari bahasa Arab dan Belanda. Dan karena bahasa melayu tidak mengenal fonem f, maka kata-kata yang menggunakan fonem f diganti dengan fonem p. Misalnya kata “fana” bukan “pana”, “figura” bukan “pigura” dan “faedah” bukan “paedah” .
i. Bunyi s atau sy
Dalam bahasa Indonesia, kata : syahadat, syahit, syair dan masyarakat adalah kata baku, sehingga fonem sy tidak dapat diubah menjadi s. Contoh : “saraf” menjadi “syaraf”, “insaf” menjadi “insyaf” dan sebagainya. Sedangkan fonem s yang sebetulnya sudah baku menjadi sy. Akibatnya kata yang sudah baku menjadi tidak baku. Contoh : “setan” menjadi “syetan”, “musafir” menjadi “musyafir”
i. Bunyi q, k dan kwe / kwa
Perhatikan bentuk pembakuan kata asing menjadi kata serapan dalam bahasa Indonesia di bawah ini.
- aquarium menjadi akuarium bukan akwarium
- frequency menjadi frekuensi bukan frekwensi




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Pengertian Kesalahan Bunyi Bahasa.
Kesalahan ucapan / bunyi adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.
2. Cara Mempelajari Bunyi-bunyi ujar.
Ada 3 macam cara untuk mempelajari bunyi-bunyi ujar yaitu:
a. Secara fisiologis atau artikuler.
b. Secara akustis.
c. Secara Impresif atau auditoris (menurut pendengaran).
3. Pembentukan Bunyi-Bunyi Ujar
Didalam peralatan manusia udara itu dihasilkan oleh paru-paru yang diatur oleh gerakan-gerakan teratur daripada sekat rongga dada. Apabila udara ini mengalir keatas, melalui larink dan farink, lalu kedepan dan keluar mulut atau hidung atau keduanya, arus udara itu dapat dihambat atau dirintangi berbagai temapat seluruh jalan itu, dan bentuk daripada ruang-ruang yang dilaluinya dapat diubah-ubah. Dengan permainan udara ini bila mengalir dari paru-paru sampai ke lubang hidung atau bibir-bibir, kita hasilkan hampir semua bunyi ujar manusia.
4. Analisis Kesalahan Bunyi Pada Bahasa
Secara garis besar ada 2 macam bunyi bahasa, yaitu : Bunyi hidup atau vokal dan Bunyi mati atau konsonan.
a. Bunyi Hidup atau Vokal adalah bunyi-bunyi bahasa yang pada saat diucapkan tidak mengalami hambatan dalam alat-alat bicara. Ada 2 macam bunyi hidup / vokal yaitu :
1) Bunyi hidup tinggal ( vokal tunggal ) : a, i, u, e, o.
2) Bunyi hidup rangkap ( vokal rangkap ) : ai, au, oi.

b. Bunyi mati atau konsonan
Adalah bunyi-bunyi bahasa yang pada saat diucapkan mengalami hambatan dalam alat bicara. Untuk konsonan atau huruf mati hanya beberapa saja yang akan dibicarakan, yaitu : b, d, j, g, h, k, d atau dl, p atau f atau v, s atau sy dan q atau k atau kwe / kwa.


























DAFTAR PUSTAKA


Budi, Kusno Santoso, Problematika Bahasa Indonesia, 1990, Rineka Cipta : Jakarta
http:// Wordpress.com/ 2010/10/09/Analisis Kesalahan Ejaan Bahasa Indonesia.
http:// Safriand.Wordpress.com/2010/09/10/Analisis kesalahan Berbahasa.
Samsuri, Analisis Bahasa, 1987, Erlangga : Jakarta
Widhagdo, Djoko , Bahasa Indonesia, 1994, PT. Raja Grafindo : Jakarta

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar